Di era globalisasi yang terus berkembang, yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kompetisi antarnegara telah menjadi faktor yang mempengaruhi terabaikannya bahasa daerah.
"Bahasa daerah saat ini terkadang hanya sebagai pelengkap, apabila hal ini terjadi, maka bisa menjadikan bahasa daerah mengalami kepunahan," kata Dr. La Ode Ida pada Kongres Internasional Bahasa Daerah di Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), Selasa.
info BAHASA DAERAH
Blog 0411 - Kliping Internet Seputar Bahasa Daerah
Selasa, 15 Februari 2011
H Abdul Kadir Usman, "Gila" Kamus Minangkabau
"SUDAH lihat kamus yang disusun oleh 'orang gila'? Kamus Umum Bahasa Minangkabau-Indonesia yang disusun Haji Abdul Kadir Usman Datuk Yang Dipatuan? Kerja yang luar biasa, sebuah prestasi yang membanggakan kita!" kata sastrawan dan budayawan AA Navis, menjelang akhir hayatnya.
Baru kali ini ada kamus bahasa Minangkabau yang entrinya luar biasa banyak. Kalau tidak karena "kegilaannya", tak akan pernah terwujud kamus setebal 571 + x halaman tersebut.
Baru kali ini ada kamus bahasa Minangkabau yang entrinya luar biasa banyak. Kalau tidak karena "kegilaannya", tak akan pernah terwujud kamus setebal 571 + x halaman tersebut.
Bahasa Daerah Perlu Diperdakan
Oleh : Antonius Maturbongs *)
Bahasa daerah kini telah menjadi bagian penting dalam era Otonomi Khusus Papua. Hal ini sebagai konsekuensi logis atas pengakuan hak-hak daerah termasuk pengakuan dan penghormatan terhadap bahasa daerah. Tentu kondisi ini harus segera diantispasi dengan paradigma baru kebijakan di bidang pelestarian bahasa, yakni (1) pemberdayaan masyarakat tutur, (2) penyadaran jatidiri, dan (3) integrasi pengajaran di bidang pendidikan.
Bahasa daerah kini telah menjadi bagian penting dalam era Otonomi Khusus Papua. Hal ini sebagai konsekuensi logis atas pengakuan hak-hak daerah termasuk pengakuan dan penghormatan terhadap bahasa daerah. Tentu kondisi ini harus segera diantispasi dengan paradigma baru kebijakan di bidang pelestarian bahasa, yakni (1) pemberdayaan masyarakat tutur, (2) penyadaran jatidiri, dan (3) integrasi pengajaran di bidang pendidikan.
Bahasa Sunda: Salah Satu Bahasa Daerah di Indonesia
Oleh: AnneAhira.com Content Team
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan bahasa. Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah merupakan khasanah kekayaan yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan agar terhindar dari jamahan asing yang mampu menghapus jejak budaya kita.
Salah satu suku terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Suku Sunda memiliki bahasa daerahnya sendiri yang disebut bahasa Sunda. Secara geografis, suku Sunda terletak di Pulau Jawa bagian barat. Dengan kata lain, Suku Sunda terletak di Jawa Barat.
Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan bahasa. Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah merupakan khasanah kekayaan yang sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan agar terhindar dari jamahan asing yang mampu menghapus jejak budaya kita.
Salah satu suku terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Suku Sunda memiliki bahasa daerahnya sendiri yang disebut bahasa Sunda. Secara geografis, suku Sunda terletak di Pulau Jawa bagian barat. Dengan kata lain, Suku Sunda terletak di Jawa Barat.
169 Bahasa Daerah Terancam Punah
Perkembangan bahasa daerah dewasa ini mencemaskan. Dari 742 bahasa daerah di Indonesia, hanya 13 bahasa yang penuturnya di atas satu juta orang. Artinya, terdapat 729 bahasa daerah lainnya yang berpenutur di bawah satu juga orang. Di antara 729 bahasa daerah, 169 di antaranya terancam punah, karena berpenutur kurang dari 500 orang.
Agar tidak punah, maka preservasi dan pemberdayaan terhadap berbagai bahasa daerah di seluruh Indonesia serta pengembangan bahasa Indonesia, perlu dilakukan secara serius, terus menerus, dan kesinambungan. Hal itu diungkapkan Multamia RMT Lauder dari Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam seminar Empowering Local Language Through ICT yang digelar Departemen Komunikasi dan Informatika, Senin (11/8) di Jakarta.
Agar tidak punah, maka preservasi dan pemberdayaan terhadap berbagai bahasa daerah di seluruh Indonesia serta pengembangan bahasa Indonesia, perlu dilakukan secara serius, terus menerus, dan kesinambungan. Hal itu diungkapkan Multamia RMT Lauder dari Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dalam seminar Empowering Local Language Through ICT yang digelar Departemen Komunikasi dan Informatika, Senin (11/8) di Jakarta.
Bahasa Daerah
Bahasa lokal yang dimaksud dalam buku ini yaitu bahasa daerah yang digunakan oleh penduduk setempat. Di
seluruh Indonesia terdapat 726 bahasa daerah. Berdasarkan distribusi geografis di Jawa, Madura, dan Bali
terdapat 19 bahasa daerah, Sumatera terdapat 52 bahasa, Nusatenggara 68 bahasa, Kalimantan 82 bahasa, Sulawesi 114 bahasa, Maluku 131 bahasa, dan Papua 265 bahasa.
Berdasarkan jumlah penuturnya terdapat 13 bahasa daerah yang penuturnya di atas satu juta orang yaitu:
Bahasa Jawa (75.200.000 penutur),
Sunda (27.000.000 penutur),
Melayu (20.000.000 penutur),
Madura (13.694.000 penutur),
Minang (6.500.000 penutur),
Batak (5.150.000 penutur),
Bugis (4.000.000 penutur),
Bali (3.800.000 penutur),
Aceh (3.000.000 penutur),
Sasak (2.100.000 penutur),
Makassar (1.600.000 penutur),
Lampung (1.500.000 penutur), dan
Rejang (1.000.000 penutur).
Dengan demikian Pusat Bahasa hanya membuat Pedoman Ejaan Bahasa Daerah bagi bahasa daerah dominan tersebut.
Sumber/selengkapnya klik :
http://www.bakosurtanal.go.id/perpres/Bab%20II.pdf
seluruh Indonesia terdapat 726 bahasa daerah. Berdasarkan distribusi geografis di Jawa, Madura, dan Bali
terdapat 19 bahasa daerah, Sumatera terdapat 52 bahasa, Nusatenggara 68 bahasa, Kalimantan 82 bahasa, Sulawesi 114 bahasa, Maluku 131 bahasa, dan Papua 265 bahasa.
Berdasarkan jumlah penuturnya terdapat 13 bahasa daerah yang penuturnya di atas satu juta orang yaitu:
Bahasa Jawa (75.200.000 penutur),
Sunda (27.000.000 penutur),
Melayu (20.000.000 penutur),
Madura (13.694.000 penutur),
Minang (6.500.000 penutur),
Batak (5.150.000 penutur),
Bugis (4.000.000 penutur),
Bali (3.800.000 penutur),
Aceh (3.000.000 penutur),
Sasak (2.100.000 penutur),
Makassar (1.600.000 penutur),
Lampung (1.500.000 penutur), dan
Rejang (1.000.000 penutur).
Dengan demikian Pusat Bahasa hanya membuat Pedoman Ejaan Bahasa Daerah bagi bahasa daerah dominan tersebut.
Sumber/selengkapnya klik :
http://www.bakosurtanal.go.id/perpres/Bab%20II.pdf
Indonesia Miliki 750 Bahasa Daerah
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mataram (Unram), Nurachman Hanafi mengatakan, Indonesia memiliki sedikitnya 750 bahasa daerah sebagai bahasa leluhur yang merupakan warisan tak ternilai harganya.
“Di negara kita terdapat sekitar 750 bahasa daerah, akan tetapi masih banyak yang belum diteliti dan terbenam di perut ibu pertiwi,” ujarnya ketika menyampaikan makalah bertajuk “Bahasa Daerah Sebagai Aset Nasional Bangsa” yang disampaikan pada Seminar Nasonbal Bahasa dan Sastra Dalam Konteks Keindonesiaan II, di Mataram, Rabu [17/06].
“Di negara kita terdapat sekitar 750 bahasa daerah, akan tetapi masih banyak yang belum diteliti dan terbenam di perut ibu pertiwi,” ujarnya ketika menyampaikan makalah bertajuk “Bahasa Daerah Sebagai Aset Nasional Bangsa” yang disampaikan pada Seminar Nasonbal Bahasa dan Sastra Dalam Konteks Keindonesiaan II, di Mataram, Rabu [17/06].
Langganan:
Postingan (Atom)